Minggu, 21 Juni 2015

Seismolog memperingatkan Jepang untuk waspada bencana. Setelah gempa kecil melanda Tokyo pada Sabtu, mereka memprediksi gempa sangat besar yang dijuluki "Big One" akan mengguncang sebagian wilayah negara itu. 

Beberapa ahli memperingatkan gempa baru-baru ini dan letusan gunung berapi Shindake mungkin tanda-tanda bahwa di wilayah itu sedang memasuki fase aktif perubahan kerak bumi. "Mengingat letak geografis Jepang, gempa bumi yang cukup besar akan terjadi kapan saja di masa depan," kata Toshiyasu Nagao, kepala Earthquake Prediction Research Centre di Universitas Tokai.

Kazuki Koketsu, profesor pada Earthquake Research Institute di University of Tokyo, mengatakan gempa terbaru di Tokyo merupakan pengingat untuk mempersiapkan gempa di masa mendatang. Tokyo pernah hancur akibat gempa bumi besar tahun 1923. 

Bangunan bergoyang selama sekitar satu menit di Tokyo dan sekitarnya Sabtu malam saat gempa melanda di tempat terpencil di Samudra Pasifik. Pusat gempa berada 874 kilometer selatan ibu kota Jepang itu, United States Geological Survey (USGS) mengatakan. Tidak ada risiko tsunami yang diumumkan karena pusat gempa berada 676 kilometer di bawah permukaan bumi. Dua belas orang terluka, termasuk seorang pria 56 tahun yang mengalami patah tulang rusuk, tapi tidak ada korban tewas.

Landasan pacu di Bandara Haneda di Tokyo ditutup selama sekitar 30 menit akibat gempa. Pengoperasian kereta api juga sementara waktu dihentikan. Pada Minggu pagi, gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter mengguncang Kepulauan Izu di selatan Tokyo, USGS mengatakan, tetapi tidak ada laporan kerusakan atau cedera.

Gempa bumi besar terakhir terjadi di Jepang pada Maret 2011. Tsunami yang menyertai gempa ini menghancurkan pantai di timur laut Jepang, menewaskan ribuan orang dan membuat tiga reaktor nuklir di PLTN Fukushima bermasalah.

Jepang berada di pertemuan empat lempeng tektonik. Negara ini mengalami sekitar 20 persen dari gempa bumi yang paling kuat di dunia setiap tahun.